Eloknya Sunrise dan Sunset di Gili Trawangan
20.07.00Sebagai sebuah pulau dengan luas 15 km2 dan terletak di sebelah barat daya dari Pulau Lombok, Gili Trawangan menyimpan kekayaan alam bawah laut yang menjadi daya tarik bagi wisatawan domestik maupun manca negara. Banyak wisatawan yang datang
Luas Gili Trawangan yang kecil memberikan keuntungan bagi wisatawan yang ingin menjelajah pulau ini dan kami berdua salah satunya. Setelah selesai dengan kegiatan snorkeling di tiga gili: Trawangan, Meno, dan Air, kami memutuskan untuk mengelilingi Gili Trawangan menggunakan sepeda. Kami menyewa sepeda dengan harga sekitar 70 ribu rupiah untuk dua hari. Harga yang kami dapat memang tergolong murah, itu semua berkat keahlian menawar teman saya. Ya, untuk masalah tawar menawar ketika akan membeli atau menyewa sesuatu, teman saya memang jagonya. Tipsnya adalah ngeyel dan ngotot.
Kami berdua bersepeda menuju sisi barat Gili Trawangan untuk melihat sisi lain pulau ini. Hanya ada satu jalan utama yang bisa dilewati untuk memutarinya. Jalannya hanya selebar dua cidomo, sebutan untuk transportasi berbentuk kereta kuda, yang disejajarkan. Sepanjang perjalanan kami melihat kegiatan yang hampir sama di semua tempat wisata, restoran dan hotel yang berlomba-lomba menampilkan yang terbaik untuk menarik pengunjung. Saking semangatnya menarik pengunjung ada sebuah restoran seafood yang memasak seafood di pinggir jalan dan lupa kalau asapnya sangat mengganggu orang-orang yang sedang berjalan di sekitarnya. Dan seafood bakar tersebut juga sukses membuat mata saya berkaca-kaca karena asapnya.
Tempat makan yang cukup romantis |
Matahari sudah mulai tenggelam. Langit yang semula biru muda kini berubah menjadi biru tua. Batas cakrawala berubah menjadi kemerahan seiring dengan tenggelamnya sang surya. Tak ingin ketinggalan dengan momen indah tersebut, kami memutuskan untuk berhenti di sebuah pantai berpasir putih.
Sunset |
Hanya dibutuhkan waktu kurang lebih 1 jam untuk mengitari Gili Trawangan menggunakan sepeda. Suasana masih tetap gelap gulita. Saya sempat bertanya-tanya kenapa hotel dan restoran bertema gelap-gelapan malam ini. Setelah melihat bahwa hampir semua restoran, toko, dan hotel yang dalam keadaan gelap gulita, saya baru sadar kalau listrik di seluruh Gili Trawangan mati. Pulau Lombok menjadi andalan pasokan listrik untuk pulau ini. Bayangkan saja kalau pasokan listrik itu terhenti, maka Gili Trawangan akan padam terus seperti malam itu. Jadi senter adalah hal yang wajib dibawa ketika berkunjung ke sini.
Selesai berkeliling, kami mampir di sebuah tempat seperti pasar malam yang dijejali berbagai makanan lokal. Perut sudah keroncongan karena snorkeling dan mengayuh sepeda. Tanpa pikir panjang kami mulai berkeliling melihat-lihat makanan yang dijajakan. Harga yang ditawarkan cukup murah untuk sebuah porsi yang cukup banyak. Kondisi yang gelap dan hanya dibantu penerangan ala kadarnya tak menyurutkan nafsu makan kami. Kami tetap bisa menikmati makan malam tanpa kendala. Mungkin saking laparnya kali yak.
Selesai makan, kami melanjutkan bersepeda sambil melihat kehidupan malam di pulau ini sampai saya berhenti di depan sebuah hotel untuk melihat band lokal yang mengisi hiburan malam di sebuah restoran. Hiburan yang murah meriah untuk seorang backpacker dengan kantong tipis seperti saya. Cukup lama saya berada di sana menikmati musik dan lagu yang dinyanyikan. Tak terasa banyak orang sudah duduk berjajar di dekat tempat saya duduk. Mereka juga mencari hiburan yang murah meriah seperti saya. Tapi saya akui, memang band lokal tersebut sangat bagus membawakan lagu mereka. Tak terasa malam sudah larut dan kami pun kembali ke penginapan untuk tidur.
Sebelum sunrise |
Mentari mulai keluar dari sarangnya |
Kapal-kapal yang berlabuh |
Suasana pagi yang masih sepi |
Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air |
0 komentar