Festival Layang-Layang di Pantai Padang Galak Bali

17.27.00


Layang-layang tidak hanya dianggap sebagai mainan yang dimainkan oleh anak-anak kala musim angin tiba. Di beberapa negara belahan dunia, layang-layang bahkan juga merupakan bagian dari budaya yang dilakukan secara turun temurun. Beberapa budaya menganggap bahwa layang-layang merupakan sebuah ritual untuk menghormati dewa atau Tuhan. Dalam dunia science pun layang-layang juga ikut berperan memberikan kontribusi. Contohnya layang-layang digunakan untuk meneliti cuaca. Saking tersohornya layang-layang, ada juga lagu daerah dan novel yang bercerita tentang layang-layang. 

Di Bali sendiri layang-layang juga merupakan bagian dari budaya masyarakat sekitar. Bahkan dalam setahun diadakan beberapa festival layang-layang di beberapa tempat. Saat saya masih tinggal di Bali, saya menyempatkan datang untuk melihat festival layang-layang yang biasa diadakan di bulan Juli. Di bulan ini biasanya angin berhembus dengan kencang di sekitar pantai. Lapangan di dekat Pantai Padang Galak, Sanur, menjadi tempat yang ditunjuk untuk penyelenggaraan festival layang-layang kala itu. Festival layang-layang ini membutuhkan tempat yang luas karena pesertanya sampai ratusan. Peserta berasal dari hampir seluruh areal Bali. Biasanya mereka datang menggunakan mobil pickup atau truk untuk mengangkut layang-layangnya yang berukuran sangat besar dan orang-orang yang akan menerbangkannya. Festival layang-layang ini menjadi penarik wisatawan domestik dan mancanegara karena keunikannya. 

Ada tiga kategori layang-layang yang dilombakan di festival layang-layang ke 35 ini: Pecukan, Bebean dan Jangan. Sayangnya saya sendiri kurang begitu tau sejarah penamaan dari masing-masing layang-layang tersebut. 

Pecukan adalah layang-layang yang mirip tanduk kerbau karena runcing di bagian ujung kanan dan kiri. Kebanyakan layang-layang jenis Pecukan ini berwarna putih atau merah dengan garis vertikal di bagian tengahnya. Garis di bagian tengahnya memiliki tiga varian warna yang berbeda dengan warna bagian tengah lebih tebal dibanding yang lainnya.

Layang-layang Pecukan
Bebean adalah layang-layang besar yang berbentuk seperti mata panah tapi memiliki ekor seperti burung layang-layang. Sebagian besar layang-layang jenis bebean berwarna merah dengan tiga garis hitam vertikal di bagian tengah dan garis yang di tengah mempunyai warna hitam lebih tebal daripada yang lain. Garis yang sama juga menghiasi bagian ekornya. 
Layang-layang Bebean
Jangan, layang-layang yang satu ini sedikit berbeda dengan dua layang-layang sebelumnya karena mempunyai ekor yang sangat panjang hingga mencapai panjang 30 meter. Layang-layang ini memiliki bentuk seperti burung dengan sayap yang mirip dengan bentuk layang-layang Pecukan, memiliki bagian yang runcing di sebelah kanan dan kirinya. Hampir semua layang-layang jenis Jangan ini memiliki warna yang sama, putih di bagian tubuhnya dan kombinasi warna putih, merah dan hitam untuk bagian ekornya. Ekornya yang menjuntai meliuk-liuk ketika berada di angkasa. Jangan merupakan layang-layang yang paling sulit untuk diterbangkan mengingat layang-layang ini memiliki ekor yang super panjang.  
Layang-layang Jangan
Setiap layang-layang diberi waktu tiga puluh menit untuk diterbangkan. Cukup sulit memang mengingat ukuran dari layang-layang yang besar. Dibutuhkan kerja sama dari orang-orang dalam tim supaya layang-layang bisa mengangkasa. Angin adalah  faktor utama di sini, karena tanpa angin yang kuat, akan sulit menerbangkan layang-layang yang berukuran jumbo. Tak ayal banyak layang-layang yang gagal untuk naik karena terkadang angin yang berhembus tidak cukup kuat. Kadang walau sudah mengangkasa pun belum jaminan akan bertahan lama di udara karena mungkin angin tiba-tiba berhenti atau kontrol yang kurang baik. Layang-layang yang jatuh masih boleh diterbangkan lagi sampai waktu yang diberikan habis. 
Peserta festival layang-layang
Ketiga jenis layang-layang memiliki kesamaan, yaitu dua buah bambu yang diikatkan dibagian layang-layang dan diikat dengan tali. Bambu-bambu yang diikat tali ini nantinya akan mengeluarkan suara ketika layang-layang dinaikkan. Suara itu keluar karena angin yang kencang menggetarkan tali yang mengikat bambu-bambu tersebut. Apabila sebuah layang-layang mengeluarkan suara itu, maka layang-layang tersebut akan mendapat nilai tambahan dari juri.  
Memainkan alat musik untuk memberi semangat
Festival layang-layang di Bali selalu berhasil menarik para wisatawan domestik dan mancanegara. Panasnya cahaya matahari yang menyengat kulit dan debu yang beterbangan tak lagi mereka hiraukan. Setiap layang-layang yang mengangkasa seakan membius para orang untuk melupakan cuaca panas sejenak. Orang-orang bersorak-sorai ketika layang-layang berhasil terbang dan juga saat jatuh ke tanah. Tak hanya layang-layang yang menghibur, ada juga sekumpulan anak-anak yang memainkan instrumen tradisional sebagai penyemangat tim. Suasana memang menjadi bertambah semarak dengan kehadiran para pemusik tersebut. Cuman saya sedikit merasa kasihan dengan pemain instrumen yang membawa gong besar. Dia membawa beban yang lebih berat daripada teman-temannya yang lain yang hanya membawa barong dan bonang di tangan. Yah, namanya juga penyemangat, harus tetap semangat. :)
 

 

Kunjungi laman di bawah ini jika kamu membutuhkan informasi tentang Bali:

You Might Also Like

0 komentar